Rabu, 10 Desember 2014

Cerita Pendek "Payung itu"

Payung itu

Sore itu hujan turun dengan derasnya, sarah terpaksa berteduh lebih dulu, karena tak mau kehujanan sarah berteduh di teras toko disana lumayan banyak orang yang juga sedang berteduh, ia mengeluarkan buku dari tasnya dan membacanya, karena terlalu asyik membaca sarah jadi tak sadar kalau hari sudah mulai larut. Tapi hujan masih turun dengan derasnya, dalam hati sarah berdoa “ya allah coba aja ada yang meminjamkan payung sama aku pasti aku doain masuk surga”.
Sarah menolehkan kepalanya ke kanan dan kirinya tapi orang orang juga mengkhawatirkan diri mereka sendiri yang tak bisa pulang karena tak mau kehujanan apalagi meminjamkan payung.
Sarah melihat jam di tangannya, sudah hampir maghrib, dengan berat hati sarah memutuskan untuk pulang saja walau harus nekat kehujanan.
Kakinya mulai melangkah tapi dihentikan karena suara seorang lelaki
“tunggu ukthi” ucap lelaki itu
“maaf ada apa ya akh?” jawab sarah
“ah tidak saya cuma mau memberikan ini” jawab lelaki itu sambil mengulurkan sebuah payung berwarna hijau muda
Sarah hanya bisa bengong melihatnya tapi kemudian ia sadar dan segera menerimanya
“tapi apa akhi tidak memakainya?”
Laki laki itu mengiyakan “tadinya saya mau menjemput adik saya tapi sepertinya dia sudah pulang jadi payung ini untuk ukthi saja daripada kehujanan”
“terima kasih ya akh”,
Laki laki itu tersenyum lalu permisi pergi
“tunggu akh”, ucap sarah tiba tiba “nama saya sarah, nama akhi siapa?” tanya sarah
“nama saya hasan” jawab laki laki bernama hasan itu sambil tersenyum, senyum yang seketika membuat menggetarkan hati sarah, senyum yang terukir dari wajah yang terpancar ketenangan dan kesholehan “asalamualikum” ucap hasan pada sarah
“walaikumsalam”, jawab sarah
Kemudian hasan mulai berjalan pergi
‘ya raab ku, kabulkan doaku, jadikanlah dia sebagai penghuni surgamu, dan jagalah ia dari berbuat keji dan mungkar. Amiin’, doa sarah di dalam hati sambil mengamati hasan yang mulai menjauh dengan motornya
Esok harinya sarah bersiap berangkat ke kampus, sarah berniat mengembalikan payung itu tapi ia tak tahu harus kemana, sarah memasukkan payung itu ke dalam tasnya tapi ia menghentikannya, ketika matanya menangkap sebuah tulisan yang tertulis di payung itu
“tetap semangat adikku, allah selalu bersamamu, teruslah berbuat baik karena allah membalas semua perbuatan baik walaupun hanya sebesar zarah pun, begitu juga dengan yang buruk dan allah maha melihat lagi maha mengetahui, semoga rahmat dan barokah nya slalu tercurah untukmu adikku, aku menyayangimu”
Bunyi tulisan itu, sarah tersenyum setelah membacanya
‘jadi payung ini untuk adiknya’, batin sarah kemudian ia memasukkan payung itu ke dalam tasnya dan berangkat ke kampus
Sarah sampai di kampusnya
“sarah” panggil hana teman sarah
“ada apa han?” tanya sarah
“kamu mau ikut takziah ke rumah mutia gak?”
“memangnya siapa yang meniggal?”
“kakaknya kemarin sore kecelakaan, dan beritanya sampai di koran. Coba deh kamu baca, aku mau ngasih tahu yang lain dulu ya”
Sarah mengiyakan, lalu membaca berita yang ada di koran
Disana diberitakan seorang lelaki mengalami kecelakaan kemarin malam, usia dua puluh empat tahun bernama muhammad ibnu hasan, dan dalam kecelakaan itu lukanya tak begitu parah tapi korban meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit, dan disana terpampang foto hasan yang sudah tak berdaya
Seketika jantung sarah berdetak sangat cepat, air matanya menetes, ia terduduk lemas, dari bibirnya terucap “innalilahi wa innalilahi ro’jiun”
Ya dialah hasan laki laki yang mengulurkan payung padanya.
Hari berikutnya sarah mengembalikan payung itu pada mutia adik hasan karena memang payung itu untuknya, ada yang hilang dari hidupnya yaitu orang yang membuat hatinya bergetar tapi ia mendapatkan pelajaran luar biasa darinya
“sampai kapan kita bisa terus berbuat baik, hari ini atau besok kita tak tahu kapan waktunya perjalanan kita terhenti walaupun itu sesuatu yang kecil jika masih bisa janganlah menunggu”
‘terima kasih hasan’ batin sarah sambil tersenyum
Cerpen Karangan: Faisya Pujihandayani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar